WIND TURBINE / TURBIN ANGIN


Dampak pemanasan global merebak....
Pasokan listrik tersendat karena supply energi untuk listrik terhambat....
Jangkauan jaringan PLN terbatas

Jika anda tinggal di daerah ber-angin*
Jika anda adalah pelaku bisnis yang memerlukan energi alternatif
Jika anda pemerhati energi alternatif
Jika anda peduli pada upaya pengurangan dampak pemanasan global

Kami perkenalkan PLTB, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin) atau Wind Turbin.
Pembangkit listrik ini memanfaatkan tenaga angin untuk menghasilkan listrik.
Bersih...Aman...Angin gratis dan berlimpah...Ramah lingkungan....

*) Kecepatan angin yang diperlukan rata-rata 18 km/jam. Atau secata visual dapat dilihat dari semua sisi dedaunan pada pohon-pohon disekitar anda bergerak-gerak karena angin. Jika demikian, anda berada pada tempat yang tepat untuk menggunakan PLTB ini.

Wind Turbine atau Turbin Angin

(Wind Turbine atau Turbin Angin)
Berada di pulau kecil tentu sumber daya pun tak seberapa. Meski begitu, bukan berarti terbatas pula sumber energi di sana. Dengan sumber energi surya yang telah banyak digunakan serta energi angin, pulau-pulau kecil, bahkan yang terpencil sekalipun, dapat mandiri memenuhi kebutuhan listriknya. Karena itu, ketika harga bahan bakar minyak melonjak dan cuaca buruk melanda, penduduk di pulau kecil bisa tenang-tenang saja.

Potensi angin di pulau-pulau kecil di Indonesia sering dikatakan ”angin-anginan” atau tidak stabil dayanya, hanya terkadang kencang. Penelitian yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada sekitar 118 lokasi wilayah Nusantara ini menunjukkan sesungguhnya kekuatan angin tergolong lumayan untuk membangkitkan listrik.

Pada pulau-pulau kecil, untuk pembangkitan listrik skala kecil dapat dilakukan. Karena untuk itu hanya diperlukan kecepatan angin rata-rata tiga meter per detik per tahun. Potensi terbesar terutama ditemukan di Bali hingga Nusa Tenggara. ”Tingginya potensi angin di kawasan kepulauan itu karena mendapat pengaruh angin dari benua Australia,” tutur Soeripno, mantan Kepala Bidang Konversi Energi Dirgantara Lapan.

Namun, PLT Bayu (Wind Turbine / Turbin Angin) skala besar, yaitu 10 kW ke atas, juga berpotensi dibangun di beberapa daerah, seperti Kabupaten Timor Timur Selatan dan Roten Ndau (NTT), Pulau Selayar (Sulawesi Selatan), dan Pulau Lombok (NTB). Pembangkitan listrik dengan kapasitas yang relatif besar hingga memungkinkan berinterkoneksi dengan jaringan PLN dapat dilakukan di daerah itu karena kecepatan anginnya sekitar 5-6 meter per detik per tahun.
Ini dibuktikan di Roten Ndau yang telah mendapat suplai listrik dari 4 unit PLT Bayu (Wind Turbine / Turbin Angin) berdaya 10 kW. Pembangunannya dilakukan Lapan dengan dana dari Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, ujar Bambang Sapto Pratomosunu, Deputi Menristek Bidang Perkembangan Riset Iptek. Selain aplikasi di Roten Ndau, uji coba PLT Bayu untuk kapasitas yang sama juga dilakukan di Samas dan Sandak di Yogyakarta dan Rumpin (Banten). Lapan juga membangun pompa air (7 kW) dan energi listrik skala kecil (1 kW) di Desa Kuwaru, Bantul, Yogyakarta, bekerja sama dengan pemda setempat.

Kapasitas kincir angin (Wind Turbine / Turbin Angin)
Saat ini Lapan tengah mengembangkan PLT Bayu (Wind Turbine / Turbin Angin) yang lebih besar, yaitu 50 kW dan 300 kW. Sistem konversi energi angin (SKEA) kapasitas 50 kW yang kini telah dibuat dalam road map pengelolaan energi nasional ditargetkan selesai diuji coba tahun 2009. Percobaan pembangkitannya akan dilakukan di Samas, Yogyakarta, dan Purworejo, yang kecepatan anginnya sekitar 4,8-5,5 m/detik/tahun.

Adapun SKEA 300 kW saat ini telah dibuat desain detailnya. Tahun depan juga akan dibangun prototipenya. Uji coba juga memungkinkan dilakukan di Samas dan Purworejo yang pada waktu tertentu kecepatan angin dapat mencapai 10-15 m/detik.

Kincir angin (Wind Turbine / Turbin Angin) atau SKEA saat ini memang tidak dapat memenuhi kebutuhan listrik skala besar. Hal inilah yang membuat terhentinya proyek PLT Bayu (Wind Turbine / Turbin Angin) di Jepara. Karena tingkat kebutuhan listrik yang meningkat di Jepara, ungkap Soeripno, menyebabkan pada tahun 1999 dilakukan relokasi fasilitas kincir angin (Wind Turbine / Turbin Angin) di Desa Bulak Baru, Kecamatan Kedung, Jepara, ke berbagai daerah. Relokasi dilakukan setelah desa tersebut mendapat pasokan listrik PLN dalam jumlah yang lebih besar.

Padahal, di desa tempat usaha perajin ukiran kayu, SKEA (Wind Turbine / Turbin Angin) sebelumnya sudah beroperasi selama sembilan tahun. Kapasitas PLT Bayu yang dibangun di desa itu mencapai 37,3 kilowatt, yang berasal dari 17 unit pembangkit listrik. Listrik sebesar ini dapat memasok kebutuhan listrik 160 kepala keluarga masing-masing sekitar 100 watt. ”Pembangkit listrik ini dibangun oleh Lapan ketika itu sudah menggunakan komponen dari dalam negeri. Hanya generator yang masih impor,” jelasnya.

Relokasi SKEA (Wind Turbine / Turbin Angin) dari Jepara dilakukan di beberapa daerah, yaitu sebanyak lima unit ke Pulau Karya di Kepulauan Seribu yang pengoperasiannya masih dipantau oleh Lapan hingga kini. Adapun sisanya dihibahkan ke pemerintah daerah Kepulauan Karimunjawa (Jateng), Pulau Bima (NTB), Maluku Tenggara, dan Halmahera Tengah.
Industrialisasi

Kegiatan Lapan tidak sebatas pada pembuatan prototipe, tetapi juga akan menggalang kerja sama dengan industri untuk melakukan fabrikasi SKEA (Wind Turbine / Turbin Angin). ”Tahun ini Ristek melakukan kajian untuk industrialisasi turbin angin,” ujar Bambang Sapto. Dalam hal ini, Lapan akan memberikan supervisi teknis. Bila ada profit dari kegiatan ini, peneliti lembaga riset ini akan memperoleh royaltinya.

Sementara itu, kini telah ada pihak swasta yang membuat 20 unit PLT Bayu (Wind Turbine / Turbin Angin) 80 Watt. ”Mereka melakukan pengembangan sistem kelistrikan dan mekaniknya. Unit tersebut sekarang sedang dites di laboratorium milik Lapan,” tutur Soeripno.

Pembangkit listrik skala kecil itu nantinya ditujukan membantu para nelayan mencari ikan. Alat ini dipakai untuk mengisi baterai di perahu saat berlayar. Baterai berfungsi menyalakan lampu sorot saat malam hari. Selain itu penggunaannya di darat untuk menyalakan dua lampu neon masing-masing berdaya 15 Watt dan televisi hitam putih berukuran 14 inci.
Keterlibatan swasta dalam pengoperasian kincir angin untuk kebutuhan listrik dan pompa air, antara lain, terlihat di Nusa Penida dan Indramayu. Nusa Penida dibangkitkan PLT Bayu (Wind Turbine / Turbin Angin) sebesar 7 x 80 kW untuk memasok listrik PLN. Pembangkit yang mulai berope- rasi tahun 2007 itu menggunakan teknologi dari Belanda, sedangkan untuk pompa air, kincir angin dipasang di Indramayu.

Upaya melibatkan masyarakat dalam mengoperasikan SKEA (Wind Turbine / Turbin Angin) antara lain dilakukan di Pulau Gili Iyang sebelah timur Pulau Madura. Di sana Lapan telah membangun enam unit SKEA (Wind Turbine / Turbin Angin) 5 kW pada tahun 2006. Tahun ini akan selesai transfer pengetahuan melalui pelatihan masyarakat setempat untuk mengoperasikan dan memeliharanya. Sementara ini petugas Lapan masih memantau dan membantu bila terjadi kerusakan. Namun, tahun depan mereka sudah dapat mengoperasikan secara mandiri. Bila terjadi kerusakan mereka akan membiayai sendiri.